Kamis, 27 Oktober 2016

Khutbah Jum'at - Peringatan Sumpah Pemuda

Ma’aasyiral muslimin rahimakumullah.
Pada kesempatan yang mulia ini, marilah kita bersama-sama mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat, rahmat, taufiq dan hidayahNya kepada kita, sehingga pada siang hari ini kita masih diberikan kesempatan untuk melaksanakan shalat jum’at dalam kedaan sehat wal afiat. Mudah-mudahan amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT.
Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kehadirat Rasulullah Muhammad SAW yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk kepada kita berupa ajaran agama Islam. Semoga kita mendapat syafa’atnya didunia hingga akhirat kelak.

Ma’aasyiral muslimin rahimakumullah.
Pada kesempatan yang baik ini, marilah kita berusaha meningkatkan nilai ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan sebaik-baik bertaqwa. Yaitu dengan mengerjakan segala perintah Allah, serta menjauhi segala larangan-larangan Allah. Kita harus menyadari bahwa hakikat hidup kita di dunia ini adalah semata-mata untuk berbhakti kepada Allah. Taqwa dapat menumbuhkan amal-amal shaleh yang nyata sebagai pembuktian kebenaran iman. Sebab, segala perbuatan dan amal manusia merupakan pencerminan dari imannya kepada Allah SWT.

Ma’aasyiral muslimin rahimakumullah.
Pada tanggal 28 Oktober, setiap tahun bangsa Indonesia memperingati hari Sumpah Pemuda. Pada hari ini tepatnya, sudah 88 tahun Sumpah Pemuda berlalu. Pada masa itu bangsa Indonesia berada dalam belenggu penjajah dan kemudian para pemuda berinisiatif untuk bangkit dan bersatu mengusir penjajah.
Belajar dari Sumpah Pemuda, ada catatan sejarah yang sangat berharga di dalamnya. Butir-butir dalam Sumpah Pemuda itu tidak hanya semata-mata disusun untuk menjadi hasil yang membantu kaum muda menjawab kebutuhan kemerdekaan dari penjajahan saat itu. Melainkan lebih dari itu, Sumpah Pemuda telah menjadi spirit yang terus terpatri dalam hati sanubari para pemuda itu. Suatu semangat yang dibangun atas dasar kesamaan nasib dan cita-cita. Yang kemudian dikemas dengan komitmen untuk senasib sepenanggungan sebagai satu bangsa dan satu tanah air. Yang pertama-tama ditandai dengan disepakatinya bahasa universal yaitu bahasa Indonesia. Semangat Sumpah Pemuda mencapai puncaknya pada 17 Agustus 1945 ketika bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan. Sejak itu, Indonesia yang terdiri atas berbagai etnis, agama, dan golongan menjadi bangsa yang merdeka dan bersatu.

Ma’aasyiral muslimin rahimakumullah.
Dahulu, Imam As-Syafii telah hafal Al Quran pada usia sekitar 9 tahun dan mulai diminta ijtihadnya pada usia kira-kira 13 tahun, akhirnya ia menjadi mujtahid, imam madzhab yang terkemuka. Hassan Al Banna mendirikan gerakan Ikhwanul Muslimin pada usia 23 tahun. Usamah bin Zaid pada usia 18 tahun telah memimpin pasukan perang. Ali bin Abi Thalib dan Zubair bin Awwam pada usia 8 tahun telah terlibat dalam perjuangan.
Lalu bagaimana dengan keadaan zaman sekarang? 
Apa yang sedang dilakukan dan difikirkan oleh remaja berusia 8 hingga 18 tahun dan pemuda-pemudi berusia 23 tahunan? 
Kita bisa melihat sendiri disekitar kita. Mereka yang tawuran, terlibat kriminalitas, pecandu narkoba, pemerkosaan, pelaku seks bebas sampai koruptor adalah para pemuda. Walaupun masih banyak pemuda yang mengisi kemerdekaan ini dengan mengukir prestasi. Melalui belajar sungguh-sungguh dan berprestasi melalui olahraga, dan lain sebagainya. Mereka yang mengharumkan nama bangsa juga pemuda.

Ma’aasyiral muslimin rahimakumullah.
Masa muda merupakan masa sempurnanya pertumbuhan fisik dan kekuatan seorang manusia. Itu merupakan nikmat besar dari Allah Ta`ala yang seharusnya di­manfaat­kan dengan sebaik-sebaiknya untuk amal kebaikan guna meraih ridha-Nya. Masa muda adalah masa yang penuh dengan godaan untuk memperturutkan hawa nafsu. Seorang pemuda yang sedang dalam masa pertumbuhan fisik maupun mental, banyak mengalami gejolak dalam pikiran maupun jiwanya, yang tak jarang menyebabkan hidup­nya terguncang.  Dalam kondisi seperti itu, peluang terjerumus kedalam keburukan dan kesesatan yang dibisikkan setan sangatlah besar.
Apalagi Iblis yang telah bersumpah di hadapan Allah SWT bahwa dia akan menyesatkan manusia dari jalan-Nya dengan menempuh segala cara.
Dijelaskan dalam Al-Qur’an :
Iblis berkata: ‘Karena Engkau telah menghukumku ter­­sesat, aku benar-benar akan (menghalangi-halangi) ma­nusia dari jalan-Mu yang lurus. Kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka, dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).”
(QS al-A`raf: 16-17)
Agama Islam memberi perhatian sangat besar ter­hadap upaya perbaikan mental para pemuda. Karena generasi muda hari ini adalah pemeran utama di masa yang akan datang. Merekalah fondasi yang menopang masa depan umat ini.   Karena itu, banyak ayat al-Qur’an dan hadis yang mendorong kita agar membina dan mengarahkan para pemuda kepada kebaikan. Karena jika mereka baik maka umat ini akan memiliki masa depan yang cerah. Generasi tua akan digantikan dengan generasi muda yang shaleh. 
Rasulullah SAW juga bersabda, “Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi Allah dalam naungan (Arsy-Nya) pada hari yang tidak ada naungan  kecuali naungan-Nya: yg salah satunya adalah : dan seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah.” (HR Bukhari dan Muslim). 

Ma’aasyiral muslimin rahimakumullah.
Dari sisi usia, pemuda terbagi ke dalam dua fase yaitu fase puber/remaja berusia antara 10 sampai 21 tahun, dan fase dewasa awal berusia antara 21 sampai 35 tahun. Sebagian berpendapat bahwa siapapun yang berusia dibawah 40 tahun semenjak ia menjadi baligh bisa disebut sebagai pemuda. Barangkali patokannya adalah usia kerasulan Muhammad saw, yaitu 40 tahun. Mengapa pemuda? Alasan pertama, karena pemuda adalah generasi penerus, yaitu generasi yang meneruskan generasi sebelumnya yang baik. Allah SWT berfirman, 
 “Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun pahala amal mereka.” (QS. Ath-Thur : 21)

Alasan kedua, karena pemuda adalah generasi pengganti, yakni menjadi pengganti generasi sebelumnya yang buruk dan tidak taat kepada Allah. Allah SWT berfirman,  
"Hai orang-orang yang beriman, Barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha mengetahui."
(QS. Al-Maidah : 54)

Ma’aasyiral muslimin rahimakumullah.
Lahirnya sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang kini kita kenang selalu, adalah bukti kongkrit pentingnya masa muda sebagai titik tolak idealisme menuju pembaharuan hidup yang lebih baik. Baik secara individu, sosial, politik dan negara. Karena itu, setiap kita berbicara perbaikan sebuah negara, maka dimulai pertama kali dari perbaikan genarasi mudanya. Jangan bermimpi memperbaiki negara, bila pemudanya hancur secara spiritual, hidup dalam gelimang dosa dan kerusakan moral. Generasi muda hari ini adalah cerminan masa depan sebuah negara. Oleh karena itu, sudah saatnya kini generasi muda dijaga. Jangan biarkan mereka berjalan tanpa tuntunan. Tugas generasi tua adalah memberikan bimbingan, bukan melemparkan mereka ke lubang kehancuran. Bukan orang tua yang baik, bila membiarkan anak-anak mudanya rusak iman dan idealismenya. Perlu diketahui, bahwa hanya dengan iman kokoh anak-anak muda akan menjadi sukses. Sukses secara keduniaan, lebih dari itu sukses secara akhirat. Maka sungguh sangat mengerikan bila kurikulum pendidikan hanya fokus kepada masalah-masalah keduniaan. Di sana-sini kita masih menyaksikan banyak sekolah yang hanya bisa mengantarkan anak-anak didiknya kapada keberhasilan secara dunawi, namun secara akhlak dan agama mereka gagal. Akibatnya banyak anak muda yang terbiasa berbuat maksiat dengan tanpa merasa malu di depan siapapun. Na’udzubillah.

Ma’aasyiral muslimin rahimakumullah.
Akhir kata, marilah kita mempersiapkan generasi muda untuk membangun kehidupan masyarakat bernegara yang bermoral dan berakhlak baik.

2 komentar: