Senin, 21 November 2016

The Moslem Power

Mungkin kita mengira bahwa 'hingar bingar' kasus penistaan agama ini hanya menyedot konsentrasi di tingkat lokal saja. Faktanya adalah tidak. Justru sudah lama menjadi konsentrasi global. Perhatikan sedikit saja, siapa yang lebih sibuk ke sana ke mari. Pontang panting menemui tokoh itu dan ini. Bukanlah si tersangka, 'kan? Beliau yang sibuk itu karena memang ada tekanan 'entah dari siapa'.

'Invisible Power' yg selama ini bermain di ranah ekonomi dan politik dalam negeri guncang (baca: cukup kelabakan). Banyak operasi 'tak terlihat' mereka lakukan. Rapat-rapat strategis maraton digelar di negara-negara dekat Indonesia. Betapa tidak, akibat kasus ini, beberapa project mereka di bidang ekonomi dan politik Indonesia khususnya, terganggu.

'Moslem Power' yang ditunjukkan pada 2 kali aksi demonstrasi membuat mereka terhenyak. Makanya rencana aksi untuk yang ke-3 kali ini mereka bendung dan coba digagalkan sedemikian rupa. Ditambah lagi isu 'Rush Money' yang kemudian mengerucut kepada pemindahan dana tabungan yang disimpan di bank-bank swasta milik kaki tangan mereka (invisible power) ke bank milik pemerintah atau bank syariah, membuat mereka 'kejang-kejang'. Kondisi ini menarik, karena baru kali ini sejak tahun 1998, para 'invisible power' ini dibuat kelabakan.

Kerepotan mereka semakin menjadi jika masyarakat Muslim di Indonesia, yang adalah pangsa pasar terbesar mereka di dunia, menciptakan 'gelombang tsunami' yang bertubi-tubi dengan berbelanja kebutuhan kesehariannya HANYA di warung, toko, mini market, super market, grosir, supplier, agen dan seterusnya yang dimiliki oleh pengusaha Muslim saja. Termasuk juga bidang lainnya seperti jasa, transportasi, keuangan, perbankan, dll, jika secara massif dilakukan pemindahan ketergantungan dari korporasi milik mereka dan kaki tangannya ke korporasi milik umat Islam, akan mengakibatkan gempa 9 SR yang membuat mereka 'gulung tikar'.

Saking kerepotannya, maaf, mereka (invisible power) harus melakukan pengalihan konsentrasi umat Islam Indonesia dan juga dunia dengan melakukan kejahatan kemanusiaan di Rohingya untuk yang ke sekian kali. Tidak ada yang kebetulan. Kejadian kejahatan kemanusiaan ini adalah by designed.

This is it. Momentum 'penistaan agama' ini memang bagi mereka bukan tentang BTP seorang diri saja. Dampaknya menggurita. Oleh sebab itu, isu yang dikembangkan mereka adalah bahwa aksi umat Islam ini, baik aksi demonstrasi maupun aksi lainnya 'ditunggangi' aktor politik (dan ekonomi). Isu itu adalah memang dari efek yg mereka rasakan.

Raksasa peradaban yang lama tertidur ini mulai menggeliat. Gerakan terbangunnya membuat kehebohan sedemikian rupa. Membuat panik dan kelabakan musuh-musuhnya. Semoga saja ini memang pertanda kebangkitan umat Islam bangsa Indonesia khususnya, dan dunia pda umumnya.

Semangat persatuan umat Islam lintas organisasi, partai politik, harakah/pergerakan, dan madzhab, yg sudah mulai terbentuk dengan indahnya ini perlu dijaga. Ikatan yang kokoh yang mempersatukan 'lidi' yang tadinya berserakan harus dipertahankan sedemikian rupa. Karena mereka akan berfokus untuk mencerai beraikan lagi. Mereka kerahkan segenap kekuatan agar raksasa peradaban ini tidur lagi, lunglai tak bertenaga kembali.

Kini saatnya kita giring para 'invisible power' dan kaki tangannya menjadi kalap dan mengiringi pergerakan aksi kita ke tengah lautan. Kita tenggelamkan dengan izin Allah mereka laksana Fir'aun dalam kehinaan.

Bangkit! Inilah saatnya kita merdeka atau mati!

_Azzam Mujahid Izzulhaq_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar